Icon Cianjur ~ ayo ke cianjur biar bisa merasakan apa yang aku rasakan hehe. Bangganya jadi orang cianjur ^_^.
Kota saya ini sangat terkenal dengan beras ‘Pandan Wangi’, dengan Ayam Pelung, Gunung Gede, dan Situs Gunung Padang yang tengah gencar dikontroversikan. Inilah Cianjur, saya lahir dan besar bersama kota kesayangan saya ini. Cianjur.
Hampir semua penduduk Cianjur berprofesi sebagai petani, walau tak semuanya memilih berladang. Saya sempat mengambil persepsi jika Karawang-lah penghasil beras terbaik, padahal nyatanya.. kota yang saya tinggali ini mempunyai padi yang melimpah dan sangat berkualitas.
Selain dari hasil buminya, saya mengenal Cianjur karena keindahan alamnya. Lucu, saya juga sempat mengambil persepsi jika Puncak-lah yang mempunyai udara dan pemandangan alam terbaik, padahal nyatanya.. kota yang membesarkan saya ini lebih mempunyai keindahan alam yang belum pernah terjamah, masih ada udara segar yang bisa saya hirup dibandingkan dengan Puncak.
Lalu, dengan icon-nya sendiri, lagi-lagi saya mengambil persepsi jika hanya Surabaya-lah yang mempunyai icon hewan terbaik. Namun akhirnya, saya mengetahui kalau icon kota Cianjur-lah yang terbaik. Awal mulanya saya sempat bingung dengan sebuah patung ayam yang dibangun didekat kantos dinas, saya menganggapnya sebuah patung ayam biasa. Lama-kelamaan saya mulai bertanya pada banyak orang, dan mereka menjawab panjang lebar tentang patung ayam itu. Rupanya, itu adalah patung seekor Ayam Pelung, salah satu icon hewan yang membanggakan, bagaimana tidak? Ayam Pelung ada dalam sejarah lahirnya kota Cianjur, dan hanya di Cianjur-lah kalian bisa menjumpai Ayam Pelung yang asli.
Cianjur, kota yang tak terlalu besar memang, namun banyak cerita dan sejarah yang mewarnai Cianjur. Untuk sesaat saya pernah berpikir, membandingkan keadaan Cianjur yang dulu dan yang sekarang, pusat pemerintahannya, alun-alun kota, bangunan-bangunan, rumah-rumah panggung yang sederhana, jalan, dan kehidupannya.
Jika ditelusuri lebih dalam, saya akan banyak menemukan perbedaan antara dulu dan sekarang, meski masih ada sebagian orang yang menyebut nama sebuah tempat dengan sebutan jaman dulu. Sehingga perbedaannya tak begitu terlihat mencolok.
Kadang saat berjalan disekitar alun-alun kota pada saat sore menjelang, saya slalu merasa berada dalam lingkup kota Cianjur yang dulu. Ketika delman dan sepeda masih banyak digunakan menjadi alat tranportasi.
Saya kenal dekat dengan orang-orang yang lebih tau tentang Cianjur daripada saya, mereka yang menghabiskan seluruh hidupnya bersama kota ini, yang berpuluh-puluh tahun menetap dan mencintai kota ini. Di akhir percakapan kami tentang Cianjur, selalu terselip sebuah tanya dari mereka. “Kunaon sih nonoman Cianjur nu ayeuna, teu betah ka budayana sorangan?” yang berarti, “Kenapa anak-anak muda Cianjur jaman sekarang tidak merasa nyaman dengan budayanya sendiri?” saya hanya bisa tersenyum simpul, dan menjawab dalam hati. “Tak semua hal akan terus bertahan lama, termasuk budaya.. Budaya akan tetap ada jika orang-orang tidak terlalu memperdulikan modernisasi.”
Ketika itu saya sadar, betapa indah kota Cianjur ini, lalu menjatuhkan hati saya sepenuhnya pada kota ini. Saya bertekad akan terus menyusuri daerah Cianjur sampai kedalam, menemukan sisi keindahan Cianjur yang lainnya.
Saya adalah satu dari banyak orang di Cianjur yang ingin tetap bertahan pada budayanya, saya adalah satu dari banyak orang di Cianjur yang ingin melestarikan apa yang harusnya dilestarikan, Saya adalah satu dari banyak orang di Cianjur yang ingin belajar lebih dalam tentang budayanya, saya adalah satu dari banyak orang di Cianjur yang melestarikan budaya lewat wiraga, wirama, dan wirasa.
Terimakasih semoga bermanfaat ^_^.
Silahkan berkomentar dengan baik dan sopan ya...terimakasih EmoticonEmoticon